Jumat pagi ini (25/5/2017) telah berlangsung kuliah tamu dengan mendatangkan salah satu praktisi sekaligus akademisi yang berasal dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia yakni Eko Nugroho Mardi Saputro, Ph.D. Acara dibuka oleh sambutan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan dilanjutkan oleh kuliah tamu dengan mengulas kerjasama keuangan regional di Asia Timur sekaligus bedah buku “Indonesia and ASEAN Plus Three Financial Cooperation”. Dimulai pukul 08.00-11.00 WIB dan berlangsung di Aula Gedung F Lantai 7 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, acara di moderatori oleh salah satu dosen Ilmu Ekonomi yakni Putu Mahardika, Ph.D.
Disampaikan oleh pemateri dalam kuliah tamu bahwa Indonesia saat ini tengah tergabung dalam ASEAN Economics Community (AEC) yang dibagi menjadi 2 blueprint yaitu 2008-2015 dan 2016-2025. Dengan itu artinya Indonesia juga telah ikut tergabung pula dalam pasar terintegrasi negara-negara ASEAN yang kemudian hal ini akan memicu munculnya kerjasama keuangan di Asia Tenggara.
Selain itu, juga dijelaskan oleh Eko Nugroho, “Pemicu adanya kerjasama keuangan ini adalah krisis. IMF (International Monetary Fund) sebagai lembaga keuangan Internasional sebenarnya juga turut membantu dalam krisis. Namun negara-negara Asia Timur menganggap perlunya kemandirian. Akibat kemudian negara Asia Timur termasuk Indonesia meminta negara-negara besar di Asia Timur seperti: China, Korea, dan Jepang untuk berjaga-jaga mendukung negara-negara di Asia Timur ketika krisis. Hal itu kemudian di respon oleh Jepang yang datang dengan AMF(Asean Monetary Fund) dan juga ditolak oleh IMF, karena dianggap akan menyaingi IMF. Karena itulah sampai saat ini akhirnya ada 2 bentuk kerjasama keuangan besar yaitu CMIM (Chiang Mai Initiative Multilateralisatio) dan ABMI (Asian Bond Markets Initiative)” papar praktisi ekonomi yang sempat menimba ilmu di Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada ini.
Kemudian diakhir presentasinya disampaikan sebaiknya untuk respon Indonesia terhadap Kerjasama Keuangan Regional di Asia Timur ini juga mempertimbangkan kondisi makro dan kondisi pasar di dalam Negara Indonesia sendiri. Tidak lantas demikian mengatakan “iya” saja dalam setiap penawaran kerjasama yang diajukan kepada Negara Indonesia. Termasuk Indonesia juga harus mempertimbangkan lebih lanjut seperti hal Indonesia yang jugga memiliki lembaga keuangan besar seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, maupun Kementrian Keuangan yang akan menambah tingkat kompleksitas lembaga keuangan di Indonesia.
Setelah sesi penyampaian materi kuliah tamu berakhir kemudian acara dilanjutkan dengan sesi pertanyaan dan diskusi dengan kesempatan tiga penanya seperti: penanya pertama yakni Hidzal Jamil yang bertanya mengenai “Capital Market dan Bond Market Indonesia saat ini sangat bergantung dengan Amerika dan Eropa, seperti apakah dinamikanya?” dan kemudian dijawab oleh pemateri “Saat ini utang Indonesia yang berasal dari dana asing masih 70%, oleh karena itu pemeran internalnya tidak akan sanggup ketika dana sekian persen itu ditarik.” lalu untuk penanya kedua yakni Amalia dengan pertanyannya “Seberapa besar pengaruh Indonesia ketika minta bantuan IMF? Apakah lebih besar yang didapat Indonesia atau justru semakin banyak feedback Indonesia ke CMIM?” kemudian langsung ditanggapi oleh pemateri “Setidaknya kawasan ini secure ketika Indonesia mengalami krisis. Karna CMIM ini memang untuk negara seperti Indonesia. Karna seperti Negara Singaphore dan Brunei yang telah cukup stabil serta China Jepang dan Korea Selatan ketika krisis larinya bukan lagi ke CMIM. Misalnya salah satu negara besar itu krisis justru minta bantuan ke The Fed.” dan penanya ketiga yang hanya mengutarakan pendapatnya saja yakni Ridho, dia memaparkan bahwa pentingnya International Trade yang akan mendorong kuatnya ekonomi negara.
“Kuliah tamu ini diadakan untuk menambah informasi terkini yang tidak tercantum dalam buku-buku literatur. Dengan mengundang langsung praktisi dalam acara kuliah tamu seperti ini akan meningkatkan khazanah pengetahuan akademisi di FEB UB” jelas moderator sesaat setelah pemateri menyampaikan hasil. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Koordinator Acara Kuliah Tamu yakni Aji Purba Trapsila, “Acara kuliah tamu ini merupakan kuliah tamu series dari prodi Ekonomi Pembangunan dan diperuntukkan untuk seluruh civitas akademika di FEB UB, selain itu acara ini sengaja mendatangkan pakarnya langsung untuk menambah pengetahuan mahasiswa maupun dosen khususnya Ilmu Ekonomi dan umumnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis” jelasnya dalam wawancara singkat setelah kuliah tamu usai.(lst)