Quantcast
Channel: Berita – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Viewing all 811 articles
Browse latest View live

ECONOMICS BASKETBALL OF BRAWIJAYA (EBBRAU) GET SECOND PLACE AT FBL 2018

$
0
0

Setelah tak terkalahkan sejak awal pertandingan, EBBRAU berhasil lolos ke babak final. Pada pertandingan babak final ini Tim Basket Putra FEB-UB akan bertanding melawan Tim Basket Putra FH-UB,  dan untuk Tim Basket Putri FEB-UB akan bertanding melawan FISIP-UB. Dalam menghadapi babak final tersebut, EBBRAU berlatih cukup keras demi memperebutkan Juara I FBL 2018 yang diselenggarakan pada Hari Jum’at 16 Maret 2018.

Sayangnya, dalam turnamen cabang olahraga basket antar fakultas se-Universitas Brawijaya ini EBBRAU tidak mampu mengalahkan kekuatan yang kokoh dari tim lawan, baik putra dan putri. Pada tahun ini EBBRAU berhasil meraih Juara II dalam Faculty Basketball League (FBL) 2018. Perolehan prestasi tersebut merupakan cerminan dari kerja keras para pemain dan official yang telah berusaha dengan keras sejak awal pertandingan di mulai

Peraihan Juara II FBL 2018 oleh EBBraU merupakan suatu motivasi tersendiri bagi tim khususnya pemain untuk tetap mempertahankan gelar juara. Pelatih tim putra Erie Awalil Fakhri dan M. Rano sebagai pelatih tim putri juga terus memberikan dukungan-dukungan dan arahan-arahan dengan harapan EBBRAU terus mendapatkan gelar juara serta membawa nama baik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya di pertandingan-pertandingan selanjutnya.


FEB UB Mendapat Kunjungan dari Spanyol

$
0
0

Malang – Hari ini (12/04), FEB UB mendapat kunjungan dari perwakilan Skyline Design, S.L Spanyol dan Universitat Politecnica De Valencia Spanyol. Kunjungan tersebut diterima oleh Dekan FEB UB, Drs. Nurkholis, M.Buss., Ak., Ph.D. dan jajaran petinggi FEB UB lainnya di Ruang Sidang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Mereka adalah Emilio Revert Calatayud (Director of Skyline Design, S.L Spanyol) dan Christian Gil Gil (Dosen Universitat Politecnica De Valencia). Emilio mengatakan bahwa kedatangannya selain bertujuan untuk memperkenalkan Skyline, juga untuk memberikan informasi mengenai internship di Skyline bagi mahasiswa internasional FEB UB.

Emilio juga mengajak Christian dalam kunjungannya karena di usianya yang masih sangat muda, yakni 25 tahun sudah menjadi tenaga pengajar di Universitat Poliecnica De Valencia. Dan ternyata saat berusia 4 tahun, ia pernah divonis kanker kompleks, sehingga Christian dalam kunjungan ini dapat sharing motivasi untuk mahasiswa internasional mengenai bagaimana ia menjalani hidupnya melawan kanker dan dapat menjadi sukses seperti sekarang ini.

Selain mengajak Christian, Emilio juga mengajak salah satu pegawai internship Skyline yang ternyata adalah mahasiswa FEB UB, yaitu Sulthan Hakim (Akuntansi Internasional 2014).  Mahasiswa yang kerap disapa Hakim ini sempat memaparkan mengenai bagaimana budaya kerja di Skyline dan apa yang ia persiapkan untuk bisa internship di Skyline. “Nanti kalau ada yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut mengenai internship di Skyline bisa hubungi saya langsung”katanya.

Harapannya, saat melakukan kegiatan Overseas, mahasiswa internasional FEB UB tidak hanya mendapatkan pengalaman dan merasakan kehidupan kuliah yang baru, tetapi juga tau bagaimana cara bekerja di luar negeri, cara berkomunikasi dengan orang yang berbeda culture, dan bagaimana budaya kerja di luar negeri. (vq/syg)

Organization Training HMJIE 2018, RESPEK (Responsif, Sinergitas, Profesionalitas, Etika dan Komperhensif

$
0
0

Mahasiswa memiliki peran penting untuk kemajuan bangsa. Tercapainya kemajuan bangsa perlu adanya kesiapan dalam menghadapi perubahan. Demi terwujudnya perubahan menuju arah yang lebih baik maka sumber daya manusia harus memiliki pola hidup dan pola pikir yang baik.

Organisasi adalah salah satu wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan skill ataupun kemampuan yang dimiliki. Dengan mengikuti organisasi, maka mahasiswa akan terbiasa untuk memiliki tanggung jawab yang tinggi serta bekerja dengan profesional. Selain itu, dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan kampus dan masyarakat. Serta, dapat menjadikan mahasiswa lebih bisa mengatur dirinya di bidang akademik ataupun bidang non akademik, karena kedua bidang itu harus tetap berjalan dengan seimbang.

Berdasarkan rapat pengurus harian HMJIE FEB UB, Organization Training diadakan pada tanggal 18 Februari 2018 dan 3-4 Maret 2018. Tema yang digunakan adalah RESPEK yang merupakan singkatan dari Responsif, Sinergitas, Profesionalitas, Etika dan Komperhensif. Kegiatan ini terbagi menjadi dua acara yakni Material and Small Grup Discussions dan puncak acara Organization Training. Dalam acara Materials and Small Grup Discussions pemateri yang telah hadir pada adalah Willy Ariwiguna dan Atu Bagus Wiguna.S.E,M.E. Para pemateri menyampaikan materi tentang “Manajemen Waktu” dan “ Keorganisasian”. Dalam materi “Manajemen Waktu” telah dijelaskan tentang Magic 24 “ A (not) Management Session)”. Menurut Bapak Willy Ariwiguna, Waktu merupakan investasi nilai yang besar. Waktu tidak bisa dikelola namun kita kelola oleh diri sendiri. Di dunia ini tidak ada manajemen waktu, yang ada hanyalah manajeman aktivitas.

 Selain mendapatkan materi tentang “Manajemen Waktu”. Para staff juga mendapatkan materi tentang “Keorganisasian” yang telah disampaikan oleh Bapak Atu Bagus Wiguna selaku dosen Ilmu Ekonomi FEB UB. Menurut beliau,dalam organisasi memiliki banyak perbedaan yang tidak bisa hindari namun harus kita kelola. Dan cara untuk menghadapi perbedaan tersebut adalah berkomunisasi secara berkelanjutan. Setelah materi berlangsung para staff juga melakukan Small Grup Discussion yang membahas tentang “Pembangunan Ekonomi Indonesia: Insfrastruktur terlebih dahulu atau SDM terlebih dahulu” yang dibagi menjadi 4 sudut pandang. Sebagai pengamat infrastuktur, pengamat sumber daya manusia, pengamat pemerintah dan pengamat Bappenas .Sedangkan pemateri pada puncak acara Organization Training, pemateri yang telah hadir adalah Muhammad Fikri (Ketua HMJIE 2017), dan Anita Ramandhani Rachmah (Wakil Ketua Umum HMJIE 2017) yang telah memberikan materi tentang KM FEB dan kepemimpinan . Menurut beliau, ,pemimpin harus memiliki pengaruh, ambisi, kapabilitas kepada semua orang bawahannya. Pada hari Minggu Tanggal 4 Maret 2018, juga dilaksanakan kegiatan bakti sosial ke penduduk desa dan outbond  yang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kepekaan terhadap sesama dan menumbuhkan rasa sense of belongs.

 

Contact Person:

Gina Mahiroh

089532472565

LATIHAN RUTIN ECONOMICS AND BUSINESS DANCE CLUB 2018

$
0
0

Kompetisi-kompetisi adalah suatu kesempatan bagi Economics and Business Dance Club (EDC) untuk menunjukkan keberadaan dan kemampuannya, juga untuk menguji daya kreativitas dari para anggota EDC. Tujuan yang dingin dicapai oleh EDC pada tahun 2018 adalah mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat nasional dan meningkatkan prestasi di tingkat nasional. Berdasarkan keingingan dan tujuan tersebut, maka EDC mengadakan latihan rutin yang bertujuan untuk mengasah keterampilan menari anggota EDC dan mempersiapkan anggota EDC untuk mengikuti kompetisi yang akan mendatang. Latihan rutin EDC terbagi menjadi dua yaitu latihan per genre dan latihan gabungan.

Latihan rutin dilaksanakan pada setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu pada bulan April – November 2018 pukul 18.00 – 21.00 WIB. Latihan rutin bertempat di Basement Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Studio DnD Jl. Semanggi Timur No.8 Kota Malang. Pada latihan tiap genre, anggota EDC dilatih oleh pelatih profesional yang sudah sering mengikuti perlombaan tingkat nasional dan internasional. Genre yang dimiliki EDC ada empat yaitu modern, hiphop, cover, dan tradisional. Namun, pada tahun 2018 EDC menambah genre baru yaitu tari saman. Lalu, pada latihan gabungan, anggota EDC tiap genre saling mengajarkan tarian yang dipelajari nya ke anggota genre lain. Tujuannya agar ilmu tari yang didapat oleh anggota EDC tidak sebatas hanya pada satu genre saja.

Dengan diadakannya latihan rutin, diharapkan anggota EDC dapat menambah pengetahuan tari dan mengasah kemampuan sehingga dapat dijadikan bekal untuk mengikuti kompetisi-kompetisi. Selain itu, latihan rutin juga bertujuan untuk menjadikan anggota EDC lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melestarikan nilai budaya bangsa.

FEB Goes To Pimnas

$
0
0

FEB Goes To Pimnas adalah serangkaian acara dimana untuk memfasilitasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam mengembangkan kreativitas baik dalam bidang kewirausahaan, pengabdian masyrakat, penelitian, teknologi maupun gagasan tertulis maupun gagasan ilmiah.

Acara ini terdapat empat rangkaian, rangkaian pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2018 dengan diikuti oleh peserta PKM Dikti yang lolos seleksi pendanaan oleh Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi. Ada tiga tim yang lolos dalam tahap pendanaan, diantaranya dari tim PKM K yang diketuai oleh Zaneta Azzahra Izdihar dengan judul proposal “Rollab.com : Bioskop Alternatif untuk Reformasi Industri Film Malang”, dari tim PKM T yang diketuai oleh Yamamo Satrio dengan judul proposal “MANG.ID, Aplikasi Pemasaran Produk UMKM Berbasis Android” dan dari tim PKM M yang diketuai oleh Rina Ervina dengan judul proposal “Metamorphose Home: Difabel Movement Program Guna Meningkatkan Kesejahteraan dan Penerapan Distribusi Tenaga Kerja Difabel di Kota Malang” Pada rangkaian pertama, acara berupa workshop kepada tim yang lolos pendanaan mengenai cara pengalokasian dana dengan baik dan benar serta targeting kegiatan agar efektif dan efisien.

Rangkaian kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Mei 2018 dengan diikuti oleh peserta PKM Dikti yang lolos seleksi pendanaan. Pada rangkaian kedua, acara berupa presentasi serta monitoring dan evaluasi terhadap PKM yang dijalankan oleh peserta. Seberapa jauh peserta PKM telah melakukan kegiatan PKMnya dalam mengalokasikan dana, apakah ada kendala dalam menjalankan kegiatan tersebut, dan bagaimana peserta PKM mengatasi kendala tersebut akan dipresentasikan di depan para mentor dan selanjutnya dilakukan evaluasi dari mentor kepada peserta PKM.

Rangkaian ketiga acara FEB Goes To Pimnas dilaksanakan pada hari Minggu, 30 September 2018 dengan peserta mahasiswa baru. Pada rangkaian ini, kegiatan berupa Sharing Motivation yang diberikan oleh pemenang PIMNAS 2018 kepada mahasiswa baru mengenai PIMNAS dan keuntungan mengikuti PIMNAS. Tujuan pada rangkaian ini adalah menumbuhkan ketertarikan mahasiswa baru dalam hal penulisan PKM dan diharapkan menjadi peserta PKM di tahun 2019.

Rangkaian keempat merupakan rangkaian terakhir dari FEB Goes To Pimnas akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 November 2018 dengan acara Sharing hearing dan konsultasi PKM dengan pemateri. Peserta dalam rangkaian keempat yakni mahasiswa FEB yang sedang mengikuti PKM dan masih dalam penyusunan proposal. Dalam kegiatan Sharing hearing para peserta PKM mengkonsultasikan tentang proposal mereka dan sejauh mana peserta penulisan proposal.

HMJM wujudkan staf 2018 yang junjung tinggi integritas melalui Organizational Training

$
0
0

Minggu, 18 Februari 2018 dan Sabtu-Minggu, 24-25 Februari 2018, Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (HMJM FEB UB) mengadakan sebuah kegiatan bernama Organizational Training (OT) yang bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada staf aktif HMJM 2018 sehingga mereka dapat mengembangkan skill dan pengetahuan tentang lingkungan organisasi serta dapat menjalankan fungsi keeksekutifan mereka secara efesien di area Manajemen FEB UB. Kegiatan ini terdiri dari Organizational Training 1 dan Organizational Training 2.

Organizational Training 1 diselenggarakan di Aula Gedung A3. Kegiatan ini dibuka dengan pengenalan Badan Pengurus Harian (BPH) HMJM FEB UB dilanjutkan pemberian materi tentang HMJM FEB UB oleh Aditya Perwiratama selaku Ketua Himpunan dan materi tentang peran Lembaga Eksekutif terhadap mahasiswa oleh Bapak Abdi selaku Dosen Jurusan Manajemen. Pada akhir acara diberikan penjelasan tentang tugas yang berkaitan dengan kegiatan OT 2. Tugas-tugas ini seperti penulisan essay tentang Tokoh Idola dan essay tentang harapan mereka terhadap HMJM FEB UB 2018.

Organizational Training 2 diadakan di Arboretum, Sumber Brantas. Pada OT hari pertama para staf HMJM memainkan beragam permainan kelompok seperti Silent Hill, Spider Web dan Catch me if you can yang akan mengasah kekompakan setiap tim. Leadership Grup Discussion juga diadakan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis setiap tim. OT 2 hari pertama ditutup dengan acara api unggun dan sharing hearing untuk merekatkan kekeluargaan HMJM FEB UB 2018. Hari kedua OT dibuka dengan senam bersama seluruh staf HMJM dilanjutkan dengan sarapan yang bersamaan dengan penampilan hiburan kelompok. Setiap kelompok menampilkan nyanyian dan tarian daerah sebagai wujud rasa cinta kepada Indonesia. Puncak dari acara ini adalah kegiatan serah terima jabatan dari BPH lama HMJM kepada BPH baru HMJM. Sebelum kembali ke Malang, Staf HMJM melakukan penanaman pohon sebagai wujud peduli terhadap lingkungan.

Kunjungan SMAN 8 Tangerang di FEB UB

$
0
0

MALANG – Hari Kamis, 12 April 2018, FEB UB menerima kunjungan dari siswa-siswi  SMAN 8 Tangerang. Kunjungan ini diadakan dalam rangka study tour yang bertujuan untuk mengenalkan para siswa terhadap dunia perkuliahan. Dalam kunjungan ini, pihak sekolah turut membawa 60 siswa kelas 11 IPS yang didampingi oleh 3 orang guru.

Kunjungan ini tepat dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB di Aula Gedung Utama lantai 3 yang didampingi langsung oleh Bapak Agus Widyatama selaku pengelola PSIK FEB UB. Dalam presentasinya, Bapak Agus memaparkan tentang sejarah FEB UB, jurusan dan prodi yang tersedia, fasilitas ,penghargaan yang telah diterima, prestasi mahasiswa, kehidupan kampus, dan program summer school yang baru saja dilaksanakan. Kegiatan presentasi ini akhirnya ditutup dengan video yang meceritakan profil FEB UB.

Selanjutnya, dari kegiatan presentasi ini, ada beberapa siswa dan guru yang mengajukan pertanyaan. “ Kriteria apa saja yang harus dipenuhi agar bisa diterima di FEB UB lewat jalur SNMPTN?”, tanya seorang siswa. “ Untuk jalur SNMPTN, kriteria yang dipilih ialah siswa yang memiliki nilai yang baik dan stabil, selain itu siswa juga bisa melampirkan prestasi akademik yang pernah diraih, karena ini akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi panitia”, ujar Pak Agus. Selain itu Pak Agus juga menambahkan bahwa FEB UB juga turut memperhitungkan pencapaian non-akademis yang telah diraih para siswa, seperti kejuaraan dibidang seni dan olahraga. “ Misalnya, apabila ada dari adik-adik ini yang pernah meraih juara 1 Taekwondo ditingkat Internasional, juga boleh dilampirkan, lalu yang pernah juara hafidz quran dan mempunyai sertifikat, juga boleh dilampirkan”, kata Pak Agus. Akhirnya kegiatan kunjungan ini pun diakhiri dengan penyerahan cinderamata oleh pihak SMAN 8 Tangerang kepada FEB UB dan ditutup dengan foto bersama.

Curhatan Mahasiswa FEB UB dalam Aspiration Day 2018

$
0
0
Copyright by DPM FEB UB

MALANG – Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEB UB kembali memfasilitasi hearing antara mahasiswa FEB UB dengan jajaran dekanat. Kegiatan ini dinamakan Aspiration Day 2018 dengan mengambil tema ASMAT, yang berarti Aspirasi Mahasiswa Terkini. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 11 April 2018 di basement Gedung E FEB UB, dengan turut serta dihadiri oleh Bapak Ainur Rofiq, S.Kom., SE., MM., Ph.D., CFA (Wakil Dekan II), Bapak Dr. Muh Khusaini, SE., M.Si. MA. (Wakil Dekan III), Bapak  Drs. Kadri, MM. (Kepala Bagian Tata Usaha FEB), serta Bapak  Aji Purba Trapsila , SE.I., ME.I.

Bisa dikatakan bahwa Aspiration Day kali ini merupakan ajang curhat dari mahasiswa sendiri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tulisan aspirasi mahasiswa di pohon aspirasi yang sudah disediakan oleh DPM beberapa minggu sebelumnya. Melalui pohon aspirasi ini, mahasiswa menuliskan uneg-uneg yang mereka rasakan, kemudian oleh DPM FEB UB, aspirasi ini akhirnya dirangkum dan diadvokasi kepada jajaran dekanat. Oleh panitia, disebutkan ada sebanyak 500 lebih aspirasi yang sudah masuk ke DPM FEB UB.

Copyright by DPM FEB UB

Pada Aspiration Day kali ini, Bapak Ainur Rofiq menjelaskan kembali mengenai target besar yang ingin dicapai oleh dekanat pada periode ini. Diantaranya ialah memacu mahasiswa untuk unggul diberbagai kompetisi, memperbaiki dan meningkatkan fasilitas yang ada di fakultas, penyediaan laboratorium akademik, penambahan literatur di perpustakaan fakultas. Kemudian beliau juga mengajak mahasiswa untuk berperan aktif untuk menjaga dan memelihara fasilitas yang sudah disediakan oleh dekanat. “ Apabila sudah disediakan bermacam-macam fasilitas yang bagus, ya marilah kita bersama-sama menjaga”, ujar Pak Ainur Rofiq.

Copyright by DPM FEB UB

Adanya kegiatan ini juga turut diapresiasi oleh mahasiswa FEB UB. “ Acara ini sangat bagus untuk dilaksanakan. Karena ini merupakan ajang bagi teman-teman mahasiswa non-lembaga untuk menyampaikan aspirasinya”, ujar Shelvia Nurjannah. “ Kedepannya saya berharap agar lebih banyak lagi aspirasi yag dijaring oleh DPM FEB UB dan lebih banyak lagi peserta yang mengikuti”, imbuhnya.

Kemudian Laode Shalahuddin (Ketua Pelaksana), menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada jajaran dekanat atas respon positif yang diberikan. “Alhamdulillah, aspirasi yang sudah disampaikan teman-teman mahasiswa juga telah dijawab oleh pihak dekanat”, ujarnya Laode. Kedepannya, diharapkan agar aspirasi dari mahasiswa ini dapat didengar dan memperoleh tindak lanjut dari dekanat FEB UB


Mahasiswa FEB UB Antusias Mengikuti Kegiatan Kuliah Bakti Alumni

$
0
0

Senin (16/4), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya kembali mengadakan agenda rutin Kuliah Bakti Alumni dimana alumni-alumni FEB UB yang telah sukses di dunia kerja kembali ke almamaternya untuk memberikan kuliah tamu guna membagikan ilmu, pengalaman serta motivasi kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya guna mempersiapkan diri dalam persaingan di dunia kerja yang akan dihadapi nanti. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Gedung F FEB UB ini dihadiri oleh Dekan FEB UB, Wakil Dekan I FEB UB, Wakil Dekan II FEB UB, Kepala Tata Usaha FEB UB, beserta Dosen dan Mahasiswa  FEB UB.

Kuliah Bakti Alumni kali ini menghadirkan pemateri R. P Jusuf Indarto, salah satu alumni Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UB yang merupakan mantan Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Timur, dan Rizky Aditya Putra, salah satu alumni Jurusan Manajemen FEB UB, yang merupakan CEO muda dari CV. Putra Mahodenk Kotawaringin dan Founder dari Yayasan Islam EKTP.

Tepat pukul 10.00 WIB, kegiatan Kuliah Bakti Alumni dibuka oleh sambutan dari Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Nurkholis, SE., M.Bus.(Acc)., Ak., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Kuliah Bakti Alumni ini lebih membahas tentang ilmu dan kasus yang terjadi di lapangan, sehingga diharapkan mampu menjadi bekal bagi mahasiswa FEB UB dalam menghadapi tantangan di dunia kerja yang sebenarnya di samping bekal dari ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di bangku perkuliahan.

Sesi materi dipandu oleh Ketua Ikatan Alumni FEB UB, Mardiwibawa, SE., MM. Pada sesi pertama pemateri yang diisi oleh R. P Jusuf Indarto atau yang akrab disapa Pak Yosi, mengatakan bahwa saat ini, dengan adanya perkembangan teknologi yang luar biasa dan informasi akurat yang mudah diperoleh, membuat persaingan dunia kerja semakin tinggi seiring dengan persyaratan tinggi yang ditetapkan oleh perusahaan.

Dalam penyampaiannya pak Yosi mengatakan bahwa, pada setiap perusahaan membutuhkan pemimpin yang mampu mengayomi bawahannya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menanamkan konsep pada bawahannya bahwa bekerja adalah ibadah, sehingga  karyawan memiliki karakter yang kuat dan tidak terpengaruh untuk memuaskan kepentingan pribadi. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menjadi suri tauladan, mampu memberi dorongan moral bagi bawahannya, serta mampu berkoordinasi dengan pihak eksternal dengan arti positif.

Sebagai penutup, pak Yosi memaparkan poin-poin penting yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, antaralain: Keluar dari zona nyaman, keep learning, be smart and creative, selalu bersyukur, menjadi berguna bagi sesama, dan percaya diri karena jika kita tidak memiliki pendirian kuat maka kita akan mudah terjerumus pada kasus-kasus yang tidak pernah kita lakukan. Pak Yosi menyampaikan harapannya bagi mahasiswa FEB UB untuk selalu kritis, menghormati hak-hak orang lain dan yakin bahwa generasi muda adalah pemimpin masa depan dan selalu mengedepankan nurani. Selain itu, pak Yosi menekankan bahwa ketika menjabat dalam suatu jabatan, kita harus mengetahui tugas pokok, fungsi, wewenang, tanggungjawab dan dasar hukum dalam melaksanakan pekerjaan, serta tanggal dimulai dan diakhir suatu jabatan. Jangan merasa lebih tau dari orang lain, selalu meminta masukan dari orang lain, dengan rendah hati dan mengembangkan interpersonal yang baik.

Sesi kedua pemateri dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Rizky Aditya Putra. Rizky lulus dari jurusan Manajemen FEB UB pada tahun 2010. Hal yang menarik dari sosok Rizky adalah ia berhasil menjadi  salah satu lulusan terbaik dan mendapat kesempatan lulus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tanpa skripsi. Padahal ia mengatakan secara nilai akademis ia termasuk dalam kategori rendah. Namun Rizky mampu membuktikan bahwa meskipun ia tidak cemerlang di bidang akademik, namun ia cemerlang dalam pengembanan bisnis di lapangan, terbukti dari kompetisi bisnis yang berhasil ia menangkan ketika masih menjadi mahasiswa di FEB UB. Rizky mengatakan bahwa “Sukses bukan lah masalah yang terbaik, tetapi sukses adalah bagaimana kita mampu berbuat baik dan bermanfaat”.

Rizky memulai perjalanan berwirausahanya dengan membuka distro pada tahun 2008 ketika masih menjadi mahasiswa FEB UB. Rizky mengatakan bahwa jika ingin menjadi pengusaha hal yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan passion.  Rizky berpesan, “Jangan pernah takut gagal, karena hidup adalah sebuah perjuangan, dan perjuangan butuh semangat, dan semangat butuh keikhlasan. Kalau mau jadi pengusaha maka kita harus semangat.”

Seorang pengusaha yang baik tidak hanya berpandangan pada teori-teori bisnis saja, namun juga harus mampu berbaur dengan pengusaha lainnya, penuh rasa ingin tahu dan tidak pernah lelah untuk belajar dari pengusaha lain. Jangan membuang waktu mudamu dengan hal-hal yang tidak berguna. Rizky mengatakan bahwa ketika kita tidak memiliki soft skill dan hard skill yang bagus maka kita tidak akan menjadi apa-apa.

Kegiatan Kuliah Bakti Alumni ini mendapat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, hal ini tampak dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada kedua pemateri. Selanjutnya, kegiatan ini ditutup dengan sesi foto bersama dengan kedua pemateri.

Accounting League 2018

$
0
0

Accounting League adalah salah satu program kerja dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB). khususnya pada departemen Sumber Daya Manusia. Accounting League merupakan proker tahunan yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Accounting League berfungsi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa aktif  S1 Akuntansi FEB UB.  Bentuk acara dari Accounting League adalah dalam bentuk kompetisi yang sportif.

Accounting League 2018 memiliki 5 cabang lomba yang telah dilombakan yaitu 4 cabang olahraga seperti futsal, basket, basket 3on3 untuk putri dan badminton. Sedangkan 1 cabang lainnya adalah electronic sport yang akan melombakan kompetisi games mobile legend. Alasan Accounting League juga mengadakan electronic sport adalah antusiasme mahasiswa akuntansi yang banyak menyukai bidang electronic sport. Dan karena mengikuti perkembangan teknologi, maka hal ini yang menjadi dasar Accounting League mengadakan Electronic Sport. Selain itu, juga ada acara Accounting League Internal yang dikhususkan untuk pengurus HMJA FEB UB.

Accounting League 2018 dilaksanakan dari tanggal 14 April hingga 6 Mei 2018. Accounting League 2018 diawali oleh Opening Ceremony yang diselenggarakan di Viva Futsal pada tanggal 14 April yang berisikan sambutan dari perwakilan jurusan, ketua umum HMJA FEB UB, serta perwakilan panitia. Pada opening ceremony ini, dimulai dengan pertandingan futsal fase penyisihan antar angkatan. Selanjutnya, pada tanggal 15 April 2018 dilaksanakan lomba badminton dan basket fase penyisihan antar angkatan yang bertempat di Rajabasa Sport Center dan Araya Sport Center. Setelah mengadakan beberapa lomba cabang olahraga, kami pada tanggal 29 April 2018 melaksanakan lomba cabang olahraga elektronik berupa Kompetisi Mobile Legend yang bertempat di Basement Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Selanjutnya, pada tanggal 21 April 2018 dilaksanakan lomba badminton fase penyisihan antar angkatan yang bertempat di Rajabasa Sport Center. Dan pada tanggal 22 April 2018, dilaksanakan futsal dan basket fase penyisihan yang bertempat di VIVA Futsal dan Araya Sport Center. Lalu pada tanggal 28 April 2018 dilaksanakan Final Badminton ini di Rajabasa Sport Center. Setelah itu pada tanggal 5 Mei 2018 dilaksanakan final lomba futsal dan basket yang bertempat di  Champion Mandala Tidar. Lalu agenda terakhir dari Accounting League 2018 adalah Accounting League Internal yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2018 bertempat di lapangan bawah, lapangan tengah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Rangkaian agenda acara ini adalah beberapa games kelompok dan lomba masak antar pengurus HMJA FEB UB yang harapannya mampu merekatkan dan meningkatkan solidaritas.

Accounting League 2018 dilaksanakan dari tanggal 14 April hingga 6 Mei 2018. yang bertempat di Lapangan Tidar, Araya Sport Center untuk futsal dan basket, Rajabasa Sport Center untuk Badminton serta  Kampus Universitas Brawijaya untuk Accounting League Internal. Untuk mengenai lokasi tempat bertanding, cukup terjangkau dari kampus sehingga memudahkan mobilitas panitia maupun peserta. Untuk mekanisme mobilitas, panitia maupun peserta menggunakan kendaraan masing masing.

Target peserta dari Accounting League 2018 antara lain adalah para mahasiswa aktif  S1 Akuntansi dari angkatan 2014 sampai angkatan 2017. Cara memperoleh peserta yaitu melalui proses registrasi / pendaftaran peserta yang bersifat terbuka. Dana registrasi peserta diperoleh melalui iuran dari panitia Accouting League 2018. Untuk alokasi dana hadiah atau perlengkapan lainnya akan diperoleh melalui dana usaha dan sponsorhip yang akan diusahakan oleh panitia Accounting League.

Harapan untuk terselenggaranya Accounting League 2018 ini tercapai,  acara ini berjalan dengan lancar dan sistematis. Mampu memfasilitasi dengan baik mahasiswa aktif S1 Akuntansi dari angkatan 2014 hingga angkatan 2017. Mampu meningkatkan solidaritas antar angkatan dengan menjunjung tinggi nilai sportifitas dalam bertanding. Dan mampu menumbuhkan bibit unggul mahasiswa akuntansi pada bidang non akademik untuk dapat beprestasi di masa mendatang.

SCIENTIFIC JOURNAL TRAINING : PENA FEB UNTUK DUNIA

$
0
0

Sabtu (07 April 2018), bertempat di Ruang Sidang Utama (RSU) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, untuk pertama kalinya diselenggarakan kegiatan Scientific Journal Training oleh LSME FEB UB. Peserta dari acara ini adalah mahasiswa S1 FEB UB yang memiliki minat dalam penulisan. Acara Scientific Journal Training diisi oleh 2 pemateri, yaitu Devanto Sastha Pratomo, SE., M.Si., Ph.D dari FEB UB dan Emy Sukartini, S.H. dari Perpustakaan Universitas Brawijaya.

Acara dimulai pukul 08.30 dengan pemberian sambutan dari Ketua Pelaksana, Ketua Umum LSME FEB UB, dan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yaitu Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA. Selain memberikan sambutan, Wakil Dekan III FEB UB juga secara resmi membuka acara Scientific Journal Training. Setelah acara dibuka, dilanjutkan dengan foto bersama Wakil Dekan III FEB UB, pemateri, dan peserta.  Setelah itu langsung dilanjutkan dengan penyampaian materi. Pemateri pertama adalah  Devanto Sastha Pratomo, SE., M.Si., Ph.D yang menyampaikan materi mengenai Jurnal Internasional. Beberapa hal yang disampaikannya adalah brainstorming mengenai jurnal internasional, penggunaan bahasa inggris dalam penulisan jurnal internasional, serta tips dan trik untuk menembus jurnal internasional. Selain ketiga hal tersebut, diceritakan juga tentang pengalamannya dalam menembus jurnal internasional. Setelah penyampaian materi selesai, dilakukan sesi tanya jawab dengan peserta Scientific Journal Training. Setelah penyempaian materi selesai, selanjutnya dilakukan penyerahan vandel oleh Ketua Umum LSME FEB UB.

Sebelum memasuki materi kedua, diadakan sesi coffee break terlebih dahulu. Peserta dapat menikmati coffee maupun teh yang sudah disediakan oleh panitia. Setelah sesi ini selesai, langsung dilanjutkan ke peyampaian materi kedua mengenai Data Base Jurnal Internasional yang ada di Perpustakaan Universitas Brawijaya oleh Emy Sukartini, S.H. Dijelaskan bahwa Universitas Brawijaya sudah berlangganan jurnal internasional dari berbagai penyedia jurnal yang sudah terkenal di dunia. Tidak hanya dijelaskan saja, tetapi peserta juga langsung diajarkan bagaimana cara mengaksesnya dengan langsung mempraktekkan di laptop yang telah dibawa oleh masing-masing peserta. Sesi penyampaian materi ini juga ada tanya jawab dengan peserta, dan pemberian vandel kepada pemateri oleh Ketua Pelaksana Scientific Journal Training. Setelah materi kedua selesai, acara selanjutnya adalah penutupan.

PR Ketimpangan

$
0
0

SEMENJAK era reformasi dan desentralisasi diberlakukan di Indonesia, kita terus-terusan berkutat mengatasi isu ketimpangan yang dianggap kian melebar. Memang dalam 20 tahun terakhir (tepat sejak era Reformasi dicetuskan), tren ketimpangan, baik apakah itu antardaerah maupun antarkelompok pendapatan seperti semakin sulit dituntaskan.

Indikator yang paling umum digunakan adalah parameter indeks gini yang menunjukkan seberapa besar kesenjangan pendapatan kelompok teratas dan terbawah. Di awal-awal masa Reformasi, posisi indeks gini kita masih di sekitaran angka 0,30. Dan sekarang situasinya semakin tidak terkendali karena angkanya kian melesat hingga sempat menembus 0,41.

Kondisi yang sama juga terjadi berdasarkan parameter ketimpangan yang diperkenalkan Bank Dunia melalui distribusi pengeluaran per kelompok pendapatan. Metode pengukuran ketimpangan yang digunakan Bank Dunia ialah dengan melihat distribusi pengeluaran 40% golongan pengeluaran terendah, 40% golongan menengah, dan 20% golongan tertinggi terhadap total distribusi pengeluaran. Ukuran ketimpangannya dilihat berdasarkan andil 40% golongan terendah terhadap total distribusi. Dan hasilnya jika kita bandingkan antara kondisi di 2002 dan 2017, andil kelompok masyarakat 40% terendah angkanya semakin mengecil.

Dulu mereka masih berperan sebanyak 20,92% terhadap total pengeluaran, namun kini hanya berkontribusi 17,22%. Sedangkan 20% anggota kelompok berpengeluaran tertinggi dalam kurun waktu yang sama justru semakin digdaya. Kontribusi mereka meningkat dari sebelumnya 42,19% dan sekarang menjadi 46,12% (BPS, 2018). Persoalan akan semakin terasa berat jika kita sandingkan pula hasil-hasil survei ketimpangan yang dirilis oleh beberapa lembaga internasional seperti Bank Dunia, Credit Suisse, dan Oxfam yang menunjukkan betapa elitnya 1% penduduk terkaya di Indonesia dalam penguasaan total kekayaan di seluruh penjuru negeri.

Ketimpangan antardaerah pun setelah berlakunya era desentralisasi juga tidak mampu menunjukkan perbaikan yang progresif. Jika proporsi kue-kue pembangunan berdasarkan agregat PDRB 34 provinsi di Indonesia kita hitung mulai dari tahun 2000-2016, daerah-daerah di Pulau Jawa masih tampil dominan dengan menampung lebih dari setengah agregatnya. Rata-rata daerah di Pulau Jawa jika diagregatkan memiliki kontribusi di kisaran 58%. Pulau Sumatera yang menempati urutan kedua pun masih terpaut jauh di bawahnya dengan rata-rata kontribusi 22,2%. Kondisi yang paling tragis terjadi di gugusan Maluku dan Papua yang hanya menyumbang rata-rata sekitar 2,14%.

Paradigma pembangunan yang dianggap amat “Jawa Sentris” lantas membuat daerah-daerah lain merasa dianaktirikan. Oleh karena itu menjadi sangat wajar ketika isu-isu separatisme tumbuh subur di daerah-daerah yang menjadi korban ketimpangan. Atas dalih tersebut, muncul pertanyaan sejauh mana kita terus membiarkan pola pembangunan yang akan berjalan seperti ini? Desentralisasi kebijakan yang dalam sejarahnya diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pelayanan pembangunan, malah justru memberikan karpet merah kepada bahaya meningkatnya ketimpangan.

Kita perlu mewaspadai bahwasanya ketimpangan distribusi kekayaan dalam bentuk harta maupun dalam bentuk aset, karena dapat memicu banyak hal yang cenderung berdampak negatif terhadap stabilitas/keberlanjutan pembangunan di suatu wilayah/negara. Oleh sebab itu, perlu upaya ekstra dan penuh kehati-hatian dalam penanganannya, karena bisa berpengaruh terhadap eksistensi para orang kaya dan yang non kaya secara sekaligus.

Sebelumnya, kita perlu mengidentifikasi terlebih dahulu bagaimana ketimpangan itu bisa terjadi? Faktor-faktor penyebab yang paling umum biasanya berawal dari kesenjangan akses untuk penguasaan sumber daya ekonomi, misal kualitas SDM, agronomis/kualitas lahan, dan juga terkait akses permodalan yang jika diagregatkan bisa mendorong suatu individu/wilayah tumbuh melesat (lebih maju) daripada individu/wilayah yang lain. Selain itu juga disebabkan karena perbedaan kemampuan dalam menghadapi dinamika pasar.

Bagi pelaku ekonomi yang memiliki segudang talenta dan faktor-faktor pendukung yang lebih baik, dinamika pasar tidak akan menghambat pertumbuhan ekonominya karena mereka akan terus mampu bersaing dan menciptakan/menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang menguntungkan. Bahkan dalam beberapa kasus, mereka bisa sampai turut mengatur kebijakan politik melalui tangan pemerintah (seringkali disebut perburuan rente/rent seeking), sehingga eksistensi usahanya tidak sampai tergerus dinamika atau terus terlindungi.

Sedangkan pada posisi yang lain, penduduk dengan endowment factor yang terbatas hanya dituntut terus bersabar menghadapi kenyataan. Misalnya di balik harga-harga produk pertanian yang seringkali naik-turun secara akrobatis, terdapat kisah pilu dari para pelaku usahanya (petani) bahwa mereka tidak cukup banyak mendapat keuntungan atas produksi yang dilakukan. Dalam kurun waktu 2014-2016, nilai tukar petani (NTP) yang digunakan sebagai proxy kesejahteraan petani angkanya justru terus di bawah 100 (bahkan terus menurun).

Angka tersebut menginterpretasikan bahwa siklus ekonomi petani tengah mengalami defisit, dimana kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang yang dikonsumsinya. Selain itu juga menjelaskan posisi pendapatan petani yang turun dan berada di bawah nominal kebutuhan pengeluarannya (baik untuk konsumsi maupun produksi).

Tanpa intervensi yang tegas dari stakeholders terkait khusus dari pemerintah, ketimpangan ini disinyalir akan kian melebar. Secara empiris ketimpangan memang selalu terjadi, tidak hanya di negara yang menganut mekanisme pasar sebagai ujung tombak kebijakannya, tetapi juga di negara dimana peran negara sangat besar dalam mengelola sumber daya yang ada. Beberapa analisis ekonomi bersepakat, fenomena ini bisa dikarenakan “playing field” yang berbeda antar pelaku ekonomi.

Salah satu pelaku walaupun sangat gigih dalam bekerja, tetapi hanya mendapatkan nilai tambah yang kecil. Di lain pihak, ada pelaku ekonomi yang tidak perlu menguras banyak tenaga, akan tetapi mereka mampu mendapatkan nilai tambah yang berlimpah ruah. Fakta ini yang kemudian perlu menjadi perenungan agar tidak ada lagi pihak yang bebas menari di atas punggung orang lain.

Dan disini penulis juga melihat adanya kebijakan pemerintah (secara sengaja maupun tidak) yang sepertinya hanya menguntungkan beberapa area, sektor, atau pihak tertentu, dan diperparah dengan ketiadaan kebijakan yang bersifat asimetris dan proporsional. Sehingga kebijakan tersebut manfaatnya cukup terbatas hanya di beberapa area, sektor, dan pihak tertentu saja. Ketimpangan bisa juga disebabkan karena kemampuan awal yang berbeda. Nah disinilah wacana pentingnya peran pemerintah untuk dapat mendistribusikan kesejahteraan secara lebih proporsional semakin tegas mengemuka.

Review Kebijakan

Dengan heterogenitas yang tinggi di negara kita, nyaris sulit mengharapkan akan ada kebijakan yang cocok untuk semua daerah/wilayah se-Indonesia (one policy fit for all). Dalam arti lain akan selalu dan perlu adanya koreksi yang komprehensif atas setiap kebijakan yang diambil, mengingat keberagaman Indonesia baik dari kualitas dan kuantitas sumber daya yang ada ikut memengaruhi gap hasil yang didapatkan di setiap daerah.

Era desentralisasi yang diwujudkan dengan penuh perjuangan seharusnya hasil yang didapat koheren antara cita-cita dan realita. Oleh karena itu, secara politis perlu ada tindakan-tindakan yang lebih praktis untuk memangkas kesenjangan sosial yang ada pada saat ini, baik apakah itu kesenjangan secara individual maupun antarwilayah.

Yang pertama, perlu ada kompromi dan keberpihakan untuk merumuskan kebijakan di wilayah-wilayah tertentu, agar kebijakan tersebut mampu mencapai tujuannya. Kuncinya disini adalah apakah kebijakan tersebut cocok dan sesuai dengan kondisi riil yang ada di lapangan. Misalnya saja, meskipun saat ini kebijakan industrialisasi (barang dan jasa) masih menjadi primadona karena menawarkan nilai tambah yang menggiurkan, akan tetapi perlu dipertimbangkan pula apakah revolusi ekonomi melalui industri adalah kebijakan yang feasible di setiap daerah? Penulis meyakini jawabannya adalah iya. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dalam prosesnya tidak lantas asal-asalan. Misalnya, industri yang dikembangkan adalah jenis industri yang faktor-faktor produksinya (bahan baku, SDM, lahan, modal, serta didukung sarana prasarana infrastruktur) telah tersedia di daerah tersebut.

Bagi daerah yang basisnya pertanian, maka industri yang feasible untuk dibangun adalah industri pertanian (agroindustri). Peran agroindustri akan sangat bermanfaat untuk menciptakan kepastian pasar bagi petani dan membuka lapangan pekerjaan, serta menawarkan nilai tambah yang lebih tinggi bagi masyarakat setempat. Menyesuaikan rumusan kebijakan dengan mempertimbangkan kondisi riil di lapangan akan membuat sumber daya lokal mampu dioptimalkan, serta tidak meninggalkan penduduk setempat hanya sebatas sebagai “penonton” pertunjukan.

Kedua, persoalan ketimpangan sulit dituntaskan jika tidak diawali dari perencanaan yang bersifat komprehensif. Kualitas perencanaan pembangunan dan penguatan peran daerah sangat dibutuhkan terutama untuk mengurangi overlapping program dan menghambat pencapaian tujuan.

Dan ketiga, dibutuhkan adanya sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Nah, peluang bagi pemerintah pusat untuk “mengintervensi” kebijakan pemerintah daerah cukup terbuka melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Penulis berharap nilai DAK ke depannya dapat lebih besar lagi agar lebih mudah mencapai tujuan nasional dan tanpa mengabaikan peran pemerintah daerah di dalam pelaksanaannya.

Selama ini kita seringkali menjumpai bagaimana adanya tumpang-tindih kebijakan antar pemerintah, sehingga pelaksanaannya tidak memberikan hasil yang efektif dan efisien. Justru dengan anggaran yang terbatas, seharusnya mulai dari perencanaannya sudah dikelola secara terpadu agar pengerjaannya tidak setengah-setengah. Karena nanti hasilnya juga akan sulit diterima secara optimal.

Peran pemerintah selalu diharapkan menjadi sosok protagonis karena persoalan ketimpangan akan sulit diselesaikan melalui mekanisme pasar. Oleh karena itu peran pemerintah akan senantiasa dibutuhkan, hingga nanti masyarakat kita telah memiliki akses yang relatif seimbang dan berkeadilan untuk menunjang aktivitas ekonominya.

Dengan bantuan sumber daya fiskal yang sebagian besar dihasilkan dari penerimaan pajak, maka secara tidak langsung pemerintah telah “diperintah” oleh masyarakat untuk merawat hajat hidup pihak-pihak yang harus dilindungi. Semakin banyak masyarakat yang menjadi kaya berkat kebijakan-kebijakan pemerintah, maka secara tidak langsung pemerintah juga akan segera “kaya” dengan adanya potensi peningkatan penerimaan pajak.

Candra Fajri Ananda
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Muhammed Jawo: Berbagi Pengalaman Belajar di Negeri Orang

$
0
0

“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.”

-Mahatma Ghandi

Ungkapan tersebut sangat cocok ditujukan pada Muhammed Jawo, mahasiswa Jurusan Manajemen FEB UB angkatan 2014. Mahasiswa yang berasal dari Gambia, Afrika Barat ini  baru saja menyelesaikan yudisiumnya pada tanggal 28 Maret 2018 setelah menyelesaikan ujian komprehensif nya seminggu yang lalu yaitu 20 Maret 2018. Tidak hanya itu, ia juga mengaku hanya membutuhkan waktu 1 bulan 3 minggu untuk mengerjakan skripsinya. Ia juga pernah mengikuti organisasi CIES FEB UB dan AIESEC serta exchange ke Belanda.

Namun, diatas pencapainnya tersebut ia juga pernah mengalami kesulitan saat awal masa perkuliahan. Hal ini dikarenakan sulitnya ia beradaptasi dengan bahasa dan makanan yang ada di Indonesia. Dalam hal bahasa, ia sangat mahir menggunakan Bahasa Inggris dengan aksen British sedangkan orang Indonesia kebanyakan menggunakan aksen Amerika. Sehingga saat terlibat dalam percakapan, orang lain sulit mengerti apa yang ia katakan walaupun ia mengerti apa yang orang lain katakan. Untuk makanan ia juga sempat mengalami culture shock dan mengaku makanan yang sama dengan yang ada di negaranya hanya nasi, ayam, dan ikan.

Hal lain yang menbantu Jawo selama kuliah di FEB UB ialah sistem penilaian yang tidak hanya didasarkan dari nilai UTS dan UAS namun juga dari kuis, presentasi kelompok, dan juga partisipasi di kelas. Selain itu ia juga bangga dikarenakan Jurusan Manajemen sudah memiliki akreditasi A secara internasional sehingga ia dapat melanjutkan gelar masternya ke New York, Amerika.

Sebelum memutuskan melanjutkan kuliah ke Indonesia, Jawo sempat ditawari bekerja di perusahaan pamannya namun ia menolak dikarenakan ia berkeinginan menjadi seorang entrepreneur. Hal tersebut pula yang mengantarkan ia memilih kuliah di jurusan manajemen. “If you go to clothing industry, they are all companies, if you go to handphone industry (Iphone, Samsung, Vivo, etc) they are still companies, if you go to shoes (Nike, Puma, etc) they are companies too. Everywhere, you have and need management, so when you study Management, your career opportunities are so huge because you can work everywhere” tambah Jawo.

Sharing Akademik di Coffee Morning Jurusan Manajemen

$
0
0

Malang – Coffee Morning pada hari Senin, 16 April 2018 di Aula Gedung D Jurusan Manajemen FEB UB diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen yang dihadiri oleh petinggi-petinggi Jurusan Manajemen, yaitu:

  1. Sumiati S.E., M.Si (Ketua Jurusan Manajemen)
  2. Risna Wijayanti S.E., M.M (Sekretaris Jurusan)
  3. Siti Aisjah S.E., M.M (Ketua Prodi S1 Manajemen)
  4. Ananda Sabil Hussein S.E., M.Com., Ph.D (Ketua Prodi Kewirausahaan)

Coffee Morning kali ini membahas mengenai segala hal yang terjadi di Jurusan Manajemen dan juga sebagai sarana mahasiswa Jurusan Manajemen untuk mengajukan saran dan kritik. Selain itu, acara kali ini juga membahas mengenai skripsi, KKN, dan magang.

“Apakah memungkinkan mengajukan dosen yang dapat membimbing KKN-P atau magang sekaligus skripsi?”, tanya seorang mahasiswa. “Untuk hal tersebut masih akan dipelajari dan ditindaklanjuti oleh pihak jurusan”, jawab Bu Sumiati.

Selain itu, standardisasi magang agar dapat disetujui oleh dosen pembimbing menurut Pak Ananda Sabil ialah dengan melakukan magang di perusahaan yang berkualitas agar output yang dihasilkan berkualitas pula dan masih relevan dengan jurusan yang ditempuh.

Bu Sumiati juga menambahkan bahwa magang tidak perlu dilakukan di perusahaan besar namun yang terpenting ialah mahasiswa tersebut memperoleh ilmu, keterampilan, dan pengalaman bekerja agar magang dapat dijadikan bekal saat memasuki dunia kerja nantinya.

“Magang atau KKN-P dapat dilakukan setelah adanya pembekalan supaya mahasiswa lebih siap melakukannya dan juga untuk meminimalisir ketidaksesuaian tempat magang dengan standar yang telah ditetapkan jurusan dan dosen pembimbing itu sendiri”, jawab Bu Siti Aisjah pada salah satu penanya.

Perguruan Tinggi: Jeopardy Kebijakan

$
0
0

PENANDATANGANAN Peraturan Presiden Nomor 20/2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada akhirnya memunculkan serentetan polemik. Era interaksi yang sangat terbuka di mana kegiatan ekonomi antarwilayah dan antarnegara semakin intens dan menggeliat turut melahirkan tuntutan adanya suplai tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar (market needs).

Isu terbaru mulai merambah dunia akademik dengan diundangnya dosen asing yang akan disebar pada berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Kemenristek Dikti sedianya akan menggunakan 200 dosen luar negeri untuk menunjang aktivitas transfer ilmu dan pengembangan penelitian di perguruan tinggi domestik.

Keberadaan perguruan tinggi memang sangat vital di dalam kerangka pembangunan di suatu negara. Perguruan tinggi baik yang berstatus negeri maupun swasta memiliki kewajiban yang setara dan sangat jelas untuk menghasilkan output yang mampu mendorong perekonomian.

Output yang diharapkan tidak hanya berupa lulusan perguruan tinggi, tetapi juga inovasi yang mendorong perbaikan secara menyeluruh pada sektor-sektor perekonomian mulai dari primer (pertanian dan pertambangan), sekunder (industri pengolahan) hingga tersier (jasa).

Saat ini beberapa provinsi tengah berada pada masa bonus demografi dan secara nasional diprediksi akan dimulai pada kisaran tahun 2020. Bonus demografi dimaknai sebagai momentum melimpahnya rasio penduduk di usia produktif (15–65 tahun) ketimbang usia non-produktif.

Peluang ini tentu harus dimanfaatkan secara optimal melalui penguatan kualitas SDM dan normalnya diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang moderat (memadai). Karena jika tidak, momentum bonus demografi akan justru menjadi ancaman demografi.

Ancaman yang didapat pemerintah adalah minimal tingginya tingkat pengangguran, meningkatnya ketimpangan, dan snowball effects-nya akan segera berimbas pada resistensi terhadap stabilitas sosial dan politik. Tentu ancaman ini perlu segera ditindak dengan cara yang tepat dan akurat. Akan tetapi betulkah perekrutan dosen asing menjadi solusi yang terbaik?

Pendidikan dan Ketimpangan
Saat ini banyak yang menilai bahwa hulu dari masalah ketimpangan di Indonesia adalah kualitas SDM dan daya dukung produksi yang tidak merata, baik apakah itu komparasi antarpenduduk maupun antarwilayah. Peran pendidikan turut menjadi salah satu faktor pemicu mengapa kualitas SDM dan akses untuk produktif menjadi kurang simetris.

Ada sekolah/perguruan tinggi dengan dukungan kualitas akademiknya mampu mengantarkan lulusannya menjadi SDM yang unggul di berbagai bidang. Ada juga sekolah/perguruan tinggi yang dengan bantuan jaringan alumninya mampu memiliki akses-akses “khusus” yang cenderung bernuansa kolusi/modal sosial.

Selain itu ada pula sekolah/perguruan tinggi yang pandai mengombinasikan keduanya sehingga menjadikan mereka sebagai institusi pendidikan yang sulit disaingi oleh sejawatnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian membuat kualitas pendidikan (sebagai hulu pembangunan SDM) sulit merata, bahkan cenderung menciptakan aglomerasi (pemusatan) SDM berkualitas.

Kendati demikian, kondisi yang ada tidak lantas kita abaikan hingga terkesan “merawat” ketimpangan yang ada. Pekerjaan rumah yang sangat besar ini justru seharusnya turut mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah bibit-bibit pemerataan pembangunan.

Fokus kebijakan yang kita perlukan adalah bagaimana agar kualitas pendidikan menjadi lebih proporsional. Sebelum kita berkontemplasi tentang wacana penggunaan dosen asing, mari kita sejenak mereviu bagaimana kondisi eksisting dunia pendidikan kita, khususnya di tataran perguruan tinggi.

Pertama, dari sisi daya saing perguruan tinggi berdasarkan peringkat nasional yang disusun Kemenristek Dikti 2017 kemarin, praktis 10 besar perguruan tinggi untuk kategori non-politeknik hampir dimonopoli secara total oleh kampus dari Pulau Jawa. Hanya ada satu perguruan tinggi di luar Pulau Jawa, itu pun berada di peringkat 9 nasional.

Adapun untuk kategori politeknik, distribusi peringkat 10 besarnya cenderung lebih merata antara kampus dari Jawa dan non-Jawa. Politeknik dari Pulau Jawa “hanya” mengirimkan 6 delegasinya di peringkat 10 besar nasional. Sisanya dibagi antara perwakilan dari Pulau Sumatera (3 politeknik) dan Pulau Kalimantan (1 politeknik)

Meskipun belum tentu menjadi faktor utama penyebab munculnya ketimpangan antardaerah, fenomena ini bisa menjadi sebuah praduga bahwa Pulau Jawa sudah diuntungkan dengan keberadaan perguruan tinggi unggulan sebagai penyedia tenaga kerja berkualitas. Apalagi indikator yang digunakan dalam pemeringkatan tersebut terdiri atas empat komponen utama mulai dari kualitas SDM, kualitas kelembagaan, kualitas kemahasiswaan hingga kualitas penelitian dan publikasi ilmiah.

Keempat komponen sudah merefleksikan norma-norma ideal yang memang seharusnya dilahirkan dari rahim perguruan tinggi. Tugas kita adalah mendorong agar kampus-kampus yang lain mampu mengatasi ketertinggalan serta mendorong tiap daerah memiliki basis keunggulan melalui ketersediaan tenaga kerja berkualitas.

Kedua, koneksitas antara pengembangan keilmuan dan keterampilan dengan kebutuhan pasar ketenagakerjaan menjadi sebuah hal yang mutlak untuk dilakukan. Karena ada anekdot sederhana yang mengatakan apalah arti tingginya pendidikan jika tak mampu dimanfaatkan.
Tampaknya fenomena ini sedang menjangkiti negeri kita di mana jumlah pengangguran dari lulusan pendidikan menengah dan tinggi banyak yang tidak terserap oleh dunia kerja.

Berdasarkan data BPS (2017), jumlah pengangguran terbuka kita pada Agustus 2017 total mencapai 7,04 juta orang dan tercatat meningkat sekitar 10.000 orang bila dibandingkan dengan periode Agustus 2016. Dari jumlah tersebut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi ditempati lulusan SMK dan SMA yang masing-masing memiliki TPT sebesar 11,41% dan 8,29%. Adapun lulusan perguruan tinggi yang diwakili kategori diploma dan universitas tercatat memiliki TPT yang tidak kalah tinggi, yakni masing-masing sebesar 6,88% dan 5,18%.

Ironisnya, jumlah TPT di kategori SMK, diploma, dan universitas mengalami kenaikan dalam satu tahun terakhir. Padahal ketiga kategori tersebut justru yang diharapkan dapat mendongkrak produktivitas dan nilai tambah dalam negeri dengan basis keterampilan dan keilmuan yang lebih tinggi serta mendalam bila dibandingkan  dengan jenjang-jenjang pendidikan lainnya.

Bagi yang telah bekerja pun belum tentu linier dengan pendidikan yang selama ini mereka tekuni. Justru tenaga kerja di tingkat pendidikan SD ke bawah, SMP, dan SMA yang lebih beruntung karena TPT-nya berhasil turun meskipun angkanya tidak terlalu signifikan.

Atas dasar tersebut, kita perlu ber-muhasabah mengapa kondisinya justru menjauh dari yang diharapkan. Dalam kacamata penulis, memang ada gejala-gejala yang membuat lingkungan pendidikan kita ibarat seperti kata pepatah “jauh tungku dari api”. Di lingkungan perguruan tinggi sendiri, tidak sedikit kolega kita yang lebih banyak disibukkan dengan serangkaian aturan yang malah menjauhkan diri dari norma kebutuhan. Misalnya terkait dengan pengembangan program studi (prodi) yang harus sesuai dengan nomenklatur.

Kebijakan ini sedikit banyak dinilai ikut menghambat perguruan tinggi untuk dapat mengembangkan prodi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk melibatkan local content yang seluas-luasnya karena terhalang ketentuan administratif. Kerja kelembagaan terhitung lebih melelahkan ketimbang sesuatu yang lebih kontekstual. Tentu dalam pandangan sistem kelembagaan hal tersebut jangan sampai dibiarkan.

Untungnya beberapa hari yang lalu, Kemenristek Dikti sudah berlaku arif dengan mempersilakan kampus untuk membuka prodi yang sesuai dengan kompetensi, kebutuhan pasar, dan SDM yang dimiliki, khususnya dikaitkan dengan kebutuhan pembangunan wilayah setempat. Jika tren ini terus berlanjut dan berkembang cepat, peran Kemenristek Dikti perlu didorong untuk bisa menjalankan penjaminan mutu (quality assurance) agar prodi tersebut tidak asal buka dan terus berkelanjutan.

Dengan demikian nantinya tidak sekadar menambah jumlah pengangguran terdidik yang lagi-lagi akan secara otomatis menambah kegalauan masyarakat, apakah pendidikan betul-betul menunjang kesejahteraan?

Hal lain yang perlu dievaluasi adalah eksistensi kebijakan sertifikasi dosen (serdos). Sejatinya program serdos dapat menggairahkan kinerja para dosen agar lebih profesional dan berkualitas dalam jumlah yang “wah”.

Selain itu pertukaran dosen antarperguruan tinggi seharusnya juga difasilitasi (melalui anggaran Kemenristek Dikti) untuk mendorong pemerataan kualitas pendidikan, khususnya di kampus yang tergolong masih berusia muda dan memang membutuhkan stimulan.

Sayangnya program serdos masih lebih banyak hanya dimanfaatkan sebagai instrumen insentif bagi pendapatan dosen. Belum menjadi motor tukar-menukar dosen antar-perguruan tinggi untuk bertukar pengalaman dan mencapai standar tertentu PT.

Mengenai isu yang tengah menghangat saat ini di mana Kemenristek Dikti berencana mendatangkan dosen asing (termasuk yang berstatus guru besar), bisa jadi hal itu merupakan wacana yang baik. Akan tetapi prognosisnya harus betul-betul pas, apakah kebijakan ini akan berjalan efektif?

Penulis berharap pemerintah dapat lebih bersabar untuk menunggu perkembangan karena bisa jadi permasalahan dasarnya bukan karena kualitas dosen-dosen kita yang biasa-biasa saja. Malah penulis menduga bahwa (sekali lagi) ada masalah reward and punishment yang lebih mendasar.

Selain itu isu penggunaan tenaga kerja asing masih cukup sensitif untuk sebagian masyarakat. Apalagi banyak tenaga kerja kita yang masih membutuhkan lapangan pekerjaan, termasuk di antaranya lulusan-lulusan perguruan tinggi potensial yang perlu di-make over agar menjadi dosen bertaraf internasional.

Andaikata Kemenristek Dikti tetap akan “nekat”, perlu ada jurus-jurus yang jitu agar wacana tersebut tidak menjadi salah kaprah di masa mendatang. Misalnya bagaimana proses kebijakan impor dosen asing akan bisa meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah di mana letak perbedaan kapasitas, hak, dan kewajiban antara dosen asing dan dosen lokal. Kalau semata-mata dari materi pembelajaran, buku, dan kurikulum di sebagian besar kampus dalam negeri sepertinya juga sudah menggunakan acuan/sumber literasi yang sama.

Selain itu dalam aktivitas penelitian juga perlu ditegaskan bagaimana nanti skema kerjanya. Kalau para dosen dan peneliti kita hanya akan menjadi pembuka jalan atau bahkan lebih buruknya lagi sekadar petugas lapangan atau co-author (bukan pelaku utamanya), apakah nanti akan berjalan sesuai dengan ekspektasi?

Dalam kondisi tertentu, khususnya penelitian yang bersifat sosial dan budaya, justru para dosen dan peneliti kita lebih menguasai struktur dan kultur sosial masyarakat. Mengapa bukan guru besar lokal yang diberi insentif (gaji dan fasilitas) sebesar itu dengan tuntutan hasil seperti yang hendak ditargetkan kepada dosen asing, yaitu fokus di publikasi jurnal dan pengembangan dunia akademik?

Insentif lain yang juga dibutuhkan adalah pola birokrasi penelitian yang melibatkan perguruan tinggi selama ini yang dinilai berbelit-belit hingga akhirnya banyak peneliti kita yang turun semangatnya karena proses penelitiannya relatif “terganggu” dengan persyaratan administratif.

Selama skema kelembagaannya belum dipersiapkan secara tuntas, ada baiknya jika pemerintah (dalam hal ini khususnya Kemenristek Dikti) untuk tidak lagi berspekulasi agar semangat pengembangan perguruan tinggi tidak menjadi pasang surut.

Perekrutan dosen asing belum tentu menjadi shortcut yang efektif jika tidak mempertimbangkan cost and benefit yang akan didapatkan dunia pendidikan kita. Justru kampus-kampus dalam negeri perlu lebih diapresiasi lagi agar mereka lebih bergairah untuk meningkatkan kinerjanya, khususnya melalui pengembangan SDM dan riset-riset terapan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan industri.

Candra Fajri Ananda
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya


Kegiatan Objek Belajar SMA 3 Depok di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

$
0
0

Senin (23/4), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya menerima kunjungan dari siswa-siswi SMA 3 Depok. Kunjungan ini dihadiri oleh lebih kurang 50 siswa-siswi dari jurusan IS dan didampingi oleh 4 guru pendamping. Kunjungan siswa-siswi SMA 3 Depok ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ini merupakan salah satu rangkaian dari Kegiatan Objek Belajar yang diadakan oleh SMA 3 Depok dengan tujuan Malang, Bromo, Bali dan Yogyakarta.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Gedung Utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini dipandu oleh Bapak Agus Widyatama dari PSIK FEB UB. Dalam pemaparannya, pak Agus menjelaskan mengenai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya mulai dari sejarah berdirinya FEB UB, jurusan yang tersedia di FEB UB, fasilitas-fasilitas, lembaga yang tersedia di FEB UB, prestasi dan penghargaan yang telah diraih FEB UB maupun mahasiswa FEB UB serta penayangan video profile Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Siswa-siswi SMA 3 Depok terlihat antusias dengan pemaparan materi yang diberikan oleh pak Agus mengenai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata dari SMA 3 Depok untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan kunjungan kali ini ditutup dengan kegiatan foto bersama siswa-siswi SMA 3 depok dengan perwakilan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Seminar Nasional Katulistiwa 10 Hadirkan Peserta dari Seluruh Indonesia

$
0
0

Malang –  Minggu (22/04) telah berlangsung salah satu rangkaian dari Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional (Katulistiwa) yang ke 10 di aula gedung F lantai 7 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Dengan mengusung tema “Meneropong Kekuatan Ekonomi Indonesia : Peran Fintech dalam Pembangunan Bangsa”, acara seminar ini tak hanya dihadiri oleh peserta dari FEB UB saja, namun dari berbagai universitas di Indonesia, seperti Universitas Negeri Medan, Universitas Gadjah Mada, Insititut Pertanian Bogor, Universitas Dipnegoro, dan univeristas lainnya.

Katulistiwa 10 merupakan salah satu program kerja Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis (LSME) FEB UB yang diadakan rutin setiap tahunnya. Di tahun ini Katulistiwa telah menjaring pendaftar abstrak yang sangat banyak, yaitu 500 lebih pendaftar. Artinya, nama FEB UB kini semakin dikenal di seluruh penjuru Indonesia.

Tak hanya itu, berbeda dari tahun sebelumnya, karena di Katulistiwa yang ke 10 ini tidak hanya terdiri dari Technical Meeting, Presentasi 15 Finalis, Gala Dinner, dan Field Trip saja, tetapi juga ada Seminar Nasional. Sehingga, peserta yang hadir dalam seminar perdana Katulistiwa ini berasal dari berbagai universitas di Indonesia.

Seminar ini menghadirkan empat pemateri, diantaranya Arya Widianto (Vice President Amartha), Imawan Mashuri dan Iman Supriyono (Komisaris Jawa Pos), dan Prof. Munawar Ismail (Guru Besar FEB UB). “Dalam perspektif ekonomi, teknologi adalah media untuk meningkatkan produktivitas. Secanggih apapun teknologi jika tidak meningkatkan produktivitas, maka sama dengan tidak berguna. Keahlian unggulan untuk survive dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah dengan kreativitas”papar Prof. Munawar.

Kemudian di akhir sesi adalah pengumuman pemenang Katulistiwa 10. Juara 1 diraih oleh tim 1 Institut Teknologi Sepuluh November, juara 2 diraih oleh tim Universitas Islam Sultan Agung, juara 3 diraih oleh Universitas Negeri Semarang, juara harapan 1 diraih oleh tim 1 Universitas Brawijaya, juara harapan 2 diraih oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember, kategori Best Speaker diraih oleh Siti Qodriah dari Universitas Brawijaya tim 2, dan kategori Best Poster diraih oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta.

SMA Negeri 9 Bekasi Kunjungi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

$
0
0

Malang – Rabu, 18 April 2018 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas mendapat kunjungan dari siswa-siswi SMA Negeri 9 Bekasi yang diikuti oleh 97 murid dari Jurusan IPS. Kunjungan ini dilaksanakan untuk mengenalkan dunia perkuliahan pada siswa-siswi tersebut.

Acara ini dilaksanakan di Aula Gedung Utama pada pukul 09.00 WIB. Sejarah FEB UB, jurusan dan fasilitas yang tersedia, penghargaan dan prestasi mahasiswa, dan beberapa program yang diadakan oleh FEB UB dipaparkan oleh Bapak Agus Widyatama dari PSIK FEB UB dan ditutup dengan video profil FEB UB.

“Berapa kuota yang disediakan FEB UB untuk setiap jurusan?”, tanya seorang siswa. “Untuk kuota setiap jurusan tidak dapat dipastikan namun besarnya penerimaan tahun ini mengalami penurunan yaitu dari 1000 orang menjadi 800 orang, dari 800 orang yang diterima kami mengambil yang benar-benar berkualitas untuk dapat diterima di FEB UB”, jawab Pak Agus.

Selain itu, Pak Agus juga menambahkan bahwa pencapaian non-akademis yang diraih siswa-siswi juga turut diperhitungkan misalnya kejuaraan olahraga di tingkat nasional. Dengan demikian, para murid hanya perlu melampirkan sertifikat yang ada.

FEB UB Juara Favorit PKM GT Rector Cup

$
0
0

Tim yang beranggotakan Elang Satrio Prakoso (Ekonomi Keuangan Perbankan 2017), Anandhita Ekawahyu Fitri (Akuntansi 2017), dan Sutan Pagaruyung Hutasuhut (Akuntansi 2017) berhasil menorehakan prestasi di ajang Rector Cup. Dengan judul PKM “JOHAN : Sinergitas Panti Asuhan dan Panti Jompo Guna Pengintensifan Taraf Hidup Lansia di Masa Tua”, tim ini berhasil raih Juara Favorit.

Hal ini tentu menjadi awal yang baik untuk FEB UB ke depannya. “Ini awal yang baik, kita harus merumuskan strategi agar di Rector Cup tahun depan, FEB UB bisa masuk setidaknya ke 10 besar”tandas Laili Salista selaku Ketua Umum LSME FEB UB sekaligus salah satu panitia PKKMABA FEB UB.

Meski awalnya sempat pesimis akan raih juara, namun seluruh tim delegasi dan panitia yakin, dengan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan melalui pendampingan, baik oleh dosen pembimbing maupun mentor dari LSME, tim delagasi FEB UB pasti akan membuat sejarah baru di Rector Cup kali ini. Dan itu terbukti saat Rector Cup (15/04).

Seluruh tim delegasi dan panitia PKKMABA FEB UB yang hadir terharu dan sempat tak percaya. Pasalnya, gelar juara banyak diraih oleh fakultas langganan PIMNAS. Di tengah euforia yang terasa seperti PIMNAS berskala kecil itu, mereka jargon bersama di dalam Gedung Samanta Krida, meneriakkan “FEB Satu Jiwa!”.

Delegasi Universitas Brawijaya Berhasil Mendapatkan Prestasi dalam Ajang Lomba Olimpiade Ekonomi Islam Nasional 2018

$
0
0

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Berhasil mendapatkan Prestasi dalam Lomba National Islamic Economic Olympiad 12th Gunadarma Sharia Economic Event (GSENT) 2018 yang diselenggarakan oleh Sharia Economic Forum (SEF) Universitas Gunadarma. Prestasi yang diraih yaitu Best Discussion atas nama Achmad Fauzan Fajar (Ilmu Ekonomi/2016), Muhammad Amri Robbani (Ilmu Ekonomi/2016) dan Mohammad Ilham Lathief Makbul (Ilmu Ekonomi/2015).

Pada tahun ini, 12th Gunadarma Sharia Economic Event (GSENT) diadakan pada tanggal 18-21 April 2018 dan diselenggarakan di Universitas Gunadarma Depok. Beberapa rangkaian acara 12th GSENT antara lain 4 seminar nasional, 2 seminar internasional, video competition dan National Islamic Economic Olympiad.

Rangkaian agenda National Islamic Economic Olympiad terdiri dari fase (seleksi essay dan virtual test), fase semi final (tes tertulis, open discussion, dan study case) serta fase final (student conference). Lomba ini diikuti oleh 12 tim terbaik dari seluruh Indonesia diantaranya STEI TAZKIA, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gunadarma, Universitas Hasanudin, dan Universitas Brawijaya.

Juara 1 National Islamic Economic Olympiad diraih oleh STEI TAZKIA. Juara 2 diraih oleh Universitas Airlangga tim a. Best Essay diraih Universitas Airlangga tim b.

Viewing all 811 articles
Browse latest View live